Stasiun Perebusan sangat
memegang peranan sangat penting dalam memberikan kemudahan pada proses-proses
berikutnya. Perebusan (sterilisasi) merupakan pengolahan mekanis yang pertama
bagi TBS. Tandan-tandan yang berada
dalam lori dipanaskan dengan menggunakan uap jenuh (saturated steam) pada temperatur 127 – 135°C dengan siklus
perebusan 90 – 105 menit didalam sterilizer.
Gambar 1. Sterilizer/Perebusan |
Temperatur dan lamanya
perebusan tergantung pada tandan yang akan diolah. Jika TBS cenderung kearah
lebih matang maka dengan temperatur yang sama, waktu perebusan akan lebih
pendek. Sebaliknya jika TBS cenderung kearah mentah maka dengan temperatur
sama, waktu perebusan akan lebih panjang.
Pelaksanaan perebusan
dapat dilakukan dengan sistem dua puncak, tiga puncak tergantung kondisi buah
dan sterilizer yang digunakan. Bila
perebusan dengan sistem tiga puncak (triple
peak) berarti tiga kali kenaikan tekanan yang berarti dua kali dilaksanakan
pembuangan condensat selama proses
perebusan berlangsung.
Perebusan
dengan tiga puncak kebutuhan uap jenuhnya relatif lebih banyak dari perebusan
dua puncak dan satu puncak namun efek-efek terhadap proses-proses selanjutnya
akan lebih baik antara lain :
·
Persentase buah tidak membrondol (unstripped bunches) akan lebih kecil
·
Kehilangan minyak dalam ampas lebih kecil
·
Proses klarifikasi minyak akan lebih baik.
Fungsi dari perebusan
adalah :
1. Menghentikan
Aktifitas Enzim
Buah
yang dipanen mengandung enzim lipase oksidase yang tetap bekerja di dalam buah
sebelum enzim tersebut dihentikan. Enzim lipase bertindak sebagai katalisator
dalam pembentukan asam lemak bebas (ALB) sedangkan enzim oksidase berperan
dalam pembentukan peroksida yang kemudian berubah menjadi gugus aldehide dan
kation. Senyawa tersebut bila teroksidasi akan terbentuk asam lemak bebas. Jadi
asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim
lipase dan oksidase. Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah TBS mengalami
kememaran (luka). Enzim pada umumnya tidak aktif lagi bila dipanaskan sampai
temperatur >50°C, maka perebusan dengan temperatur uap >120°C sekaligus
menghentikan kegiatan enzim.
2. Melepaskan
Buah dari Tandannya
Minyak
dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah prosesnya ekstraksi
minyak, buah perlu dipisahkan dari tandannya. Pelepasan buah dari spliket
karena adanya hidrolisa pectin yang terjadi di pengkal buah. Jadi hidrolisa
pectin telah terjadi secara alami dilapangan yang menyebabkan buah membrondol.
Hidrolisa pectin dapat terjadi pula didalam ketel perebusan, dengan adanya
reaksi yang dipercepat oleh pemanasan. Panas dari uap di dalam ketel (sterilizer) akan meresap kedalam buah
karena adanya tekanan. Hidrolisa pectin dalam tangkai tidak seluruhnya
menyebabkan pelepasan buah, oleh karena itu perlu dilakukan proses perontokan
buah didalam mesin Thresing.
3. Menurunkan
Kadar Air
Proses
sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu
dengan cara penguapan baik dari dalam saat direbusan maupun saat sebelum
dimasukan ke Thresher. Interaksi
penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak sawit dari
antar sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah
dikeluarkan dalam proses pengempaan (proses ekstraksi minyak).
4. Melunakkan
Buah Sawit (Mesokrap dan Biji Sawit)
Pericrap
(kulit buah) yang mendapatkan perlakuan panas dan tekanan akan lain. Hal ini
akan mempermudah proses didalam Digester
dan Depericarper/polishing, karena
adanya panas dan tekanan tersebut maka air yang terkandung dalam inti akan
menguap lewat mata biji sehingga proses pemecahan biji lebih mudah (dalam Ripple Mill).
Beberapa sistem perebusan
:
1. Sistem
Single Peak
2. Sistem
Double Peak
Pengendalian proses :
1. Tekanan
kerja dijaga sehingga dapat tercapai tiga puncak. Hal ini dilakukan agar diperoleh
hasil rebusan seperti yang diharapkan yaitu semua buah matang rebus.
2. Menjaga
temperature kerja 135 – 140°C. tujuannya agar uap yang dimasukkan tetap dalam
bentuk uap. Bila temperature kurang dari 135°C maka ada kemungkinan uap berubah
menjadi air karena pengembunan. Bila hal ini terjadi maka perebusan menjadi
tidak sempurna karena kadar air buah yang direbus meningkat.
3. Menjaga
lama waktu perebusan ± 90 menit.
4. Melakukan
pembuangan udara dingin dan air kondensat semaksimal mungkin.
5. Menjaga
kebersihan lingkungan kerja, menjaga keamanan dan kedisiplinan karyawan.
6. Menjaga
tekanan agar tidak melebihi 3 kg/cm2.
Perebusan TBS yang tidak
sesuai dengan SOP yang disepakati akan menyebabkan :
1. Perebusan
yang Terlalu Singkat
a.
Buah belum matang sempurna
b.
Buah sulit membrondol pada saat proses Thresing.
c.
Jumlah katekopen meningkat
d.
Meningkatkan persentase kehilangan minyak
e.
Menghambat proses selanjutnya (pengutipan
minyak sulit)
f.
Dapat merusak mesin
2. Perebusan
Terlalu Lama
a.
Penggunaan uap meningkat
b.
Efisiensi waktu kurang
c.
Minyak banyak yang terhisap ke janjangan
d.
Meningkatkan persentase kehilangan minyak
pada kondensat
e.
Menurunkan rendemen
f.
Minyak yang diperoleh gosong sehingga sukar
dipucatkan
Kelengkapan Rebusan
1. Lori
Lori
berfungsi sebagai tempat penampungan TBS selama proses perebusan. Kapsitas lori
2,5 – 10 tonTBS, lori diberi lubang-lubang
dengan diameter ± 10 mm. Fungsi dari lubang-lubang pada dinding lori
adalah untuk jalan penyebaran uap masuk ke dalam ruang antara TBS dan untuk jalan
keluar kondensat yang terbentuk/timbul didalam ruang lori. Dalam pengisian TBS
jangan sampai melebihi kapasitas lori, sehingga TBS tidak menggunung di atas
lori. Lori yang menggunung akan memberikan efek antara lain :
·
Banyak berondolan yang jatuh tertinggal
didalam ruang sterilizer, saat berlangsung
proses perebusan.
·
Berondolan yang tidak terambil akan
menyebabkan lubang pembuangan kondensat tersumbat, sehingga waktu pembuangan kondensat
masih banyak kondensat yang belum terbuang akibatnya tekanan puncak sulit
dicapai dan keadaan TBS hasil rebusan basah, banyak losses minyak dalam kondensat.
·
Distribusi uap kurang sempurna memungkinkan
TBS hasil rebusan belum seluruhnya masak (uap sukar menembus TBS yang letaknya
dibawah), sehingga effisiensi pada proses thresing
rendah.
2. Capstand
Capstand
berfungsi untuk menarik lori, dari mulai menyiapkan lori untuk dimasukkan ke sterilizer, memasukkan lori ke sterilizer, dan mengeluarkan lori dari sterilizer. Lori ditarik capstand dengan menggunakan tambang
tryllin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar