Jumat, 28 Februari 2014

Standar Mutu Pengolahan Tandan Buah Sawit

Standar mutu pengolahan minyak sawit yaitu :
A.    Mutu Minyak Sawit (CPO)
1.      Kadar ALB minyak produksi        : 5,00 % (Max)
2.      Kenaikan ALB di pabrik                 : 0,30 % (Max)
3.      Kadar air minyak di Oil Tank         : 0,60 % (Max)
4.      Kadar air minyak di Oil Purifier     : 0,45 % (Max)
5.      Kadar air minyak produksi           : 0,10 % (Max)
6.      Kadar kotoran minyak produksi  : 0,01 % (Max)
B.     Mutu Minyak Inti Sawit (PKO)
1.      Kadar ALB minyak produksi        : 5,00 % (Max)
2.      Kadar air minyak produksi           : 0,10 % (Max)
3.      Kadar kotoran minyak produksi  : 0,01 % (Max)
C.     Mutu Inti Sawit
1.      Kadar ALB                                        : 1,50 % (Max)
2.      Kadar air                                           : 7,00 % (Max)
3.      Kadar kotoran                                  : 10,0 % (Max)
4.      Kadar inti pecah                               : 10,0 % (Max)
5.      Kadar inti berubah warna              : 40,0 % (Max)
D.    Kehilangan Minyak
1.      Minyak dalam tankos                     : 6,00 % (Max)
2.      Minyak dalam                                  : 1,00 % (Max)
3.      Minyak dalam serabut                    : 8,00 % (Max)
4.      Minyak dalam air rebusan             : 6,00 % (Max)
5.      Minyak dalam drab LSC                  : 1,20 % (Max)
6.      Minyak dalam solid decanter           : 10,0 % (Max)
7.      Minyak dalam drab separator           : 12,0 % (Max)
8.      Minyak dalam drab akhir                : 0,60 % (Max)
9.      Buah dalam tankos                          : 0,50 % (Max)
10.  Total losses minyak pabrik              : 1,65 % (Max)
11.  QPM                                                   : 93,0 %
E.     Kehilangan Inti
1.      LTDS I                                                : 2,50 % (Max)
2.      LTDS II                                               : 5,00 % (Max)
3.      Inti ikut serabut                                : 2,00 % (Max)
4.      Claybath                                            : 3,00 % (Max)
5.      Total Losses Inti Sawit                    : 0,60 % (Max)

6.      QPI                                                     : 92,0 %
losses minyak sawit yang tertampung di Fat Pit

Asam Lemak Bebas (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA)

Apakah ALB atau FFA itu ….?

Asam Lemak Bebas (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA), adalah asam yang di bebaskan pada hidrolisa dari lemak. Terdapat berbagai macam lemak, tetapi untuk perhitungan, kadar ALB minyak sawit dianggap sebagai Asam Palmiat.
 
Gambar 1. Buah Kelapa Sawit

Gambar 2. Minyak goreng yang berasal dari buah kelapa sawit

Daging  kelapa sawit  mengandung enzim lipase yang dapat menyebabkan kerusakan pada mutu minyak ketika struktur seluler terganggu. Enzim yang berada didalam jaringan daging buah tidak aktif karena terselubung oleh lapisan vakuola, sehingga tidak dapat berinteraksi dengan minyak yang banyak terkandung pada daging buah. Masih aktif di bawah 15 °C dan non aktif dengan temp diatas 50 °C. Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas.

CH2RCOO                                            CH2OH
l                                                               l
CHRCOO         +    3H2O     <--->       CHOH                        +          рей RCOOH
l                                                               l
CH2RCOO                                            CH2OH      

TAG    +   H2O    <--->   DAG   +   ALB
DAG   +   H2O    <--->   MAG  +   ALB
MAG   +  H2O    <---->  Gliserol + ALB

Reaksi hidrolisis lemak  bersifat reversible merupakan reaksi kesetimbangan kondisi tercapai bila kecepatan reaksi pemecahan lemak sama dengan reaksi pembentukan lemak.
Reaksi hidrolisis lemak berlangsung secara bertahap yaitu pembentukan isomer diasilgliserol, proses pembentukan alpha & betha monoasilgliserol dan proses pembentukan gliserol.

Sebelum proses ektraksi minyak dilakukan, pertama-tama buah direbus di dalam sterilizer. Salah satu tujuannya yaitu mengnonaktifkan aktifitas enzim. Didalam buah kelapa sawit ada enzim lipase dan oksidase yang tetap bekerja sebelum enzim itu dihentikan dengan cara fisika dan kimia.

Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein.
Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahnya kembali menjadi asam lemak bebas (ALB).

Enzim Oksidase berperan dalam proses pembentukan peroksida yang kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan aldehide dan kation. Senyawa yang terakhir bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi ALB yang terdapat  dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidase.

Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami luka. Untuk mengurangi aktifitas enzim sampai di pabrik kelapa sawit diusahakan agar buah tidak rusak dan buah tidak busuk. Enzim tersebut tidak aktif lagi pada temperatur 50 °C. Karena itu perebusan di dalam sterilizer pada temperatur 120 °C akan menghentikan enzim.


VARIABEL YANG SANGAT BERPENGARUH TERHADAP ASAM LEMAK BEBAS

Beberapa variabel proses yang sangat berpengaruh terhadap perolehan asam lemak seperti pengaruh suhu, kematangan buah, kadar pelukaan buah, pengadukan, penambahan air, penambahan CPO dan lama penyimpanan.

1.    Pengaruh  Temperatur
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa kadar asam lemak yang paling tinggi didapat pada suhu kamar (25 °C – 27 °C). Enzim lipase pada buah kelapa sawit sudah tidak aktif pada suhu pendinginan 8 °C dan pada pemanasan pada suhu  50 °C.

Secara umum temperatur sangat berpengaruh pada reaksi kimia, dimana kenaikan temperatur akan menaikkan kecepatan reaksi.  Sifat enzim yang inaktif pada suhu tinggi, maka pada proses enzimatis ada batasan suhu supaya enzim dapat bekerja secara optimal. Penurunan aktifitas enzim pada suhu tinggi diduga diakibatkan oleh denaturasi protein, juga pada suhu rendah, aktifitas enzim juga menurun yang diakibatkan oleh denaturasi enzim.

2.    Pengaruh Penambahan Air
Air mempunyai pengaruh pada reaksi yang terjadi, dan pengaruh ini pada dasarnya adalah membantu terjadinya kontak antara substrat dengan enzim. Enzim lipase aktif pada permukaan (interface) antara lapisan minyak dan air, sehingga dengan melakukan pengadukan, maka kandungan air pada buah akan mampu untuk membantu terjadinya kontak ini.

Pada proses hidrolisa ini, secara stokiometri air pada buah sudah berlebih untuk menghasilkan asam lemak (kadar air pada buah adalah sekitar 28%), tetapi karena air ini berada pada padatan maka perlu dilakukan pelumatan buah dan selanjutnya dilakukan pengadukan. Disamping itu, untuk mengatasi/mencegah kekurangan air. Pengaruh kadar air pada produk yang dicapai sangat besar, dimana kandungan air yang sangat besar ini mengakibatkan reaksi antara asam lemak dan gliserol tidak dapat terjadi dengan baik.

3.    Pengaruh  Pelukaan dan Pengadukan Buah
Enzim lipase tidak berada dalam minyak, tetapi berada dalam serat. Tingkat pelukaan buah dan pengadukan sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisa karena akan membantu terjadinya kontak antara enzim dan minyak (substrat). Hal ini karena posisi enzim lipase pada buah sawit belum diketahui secara pasti, sehingga untuk mengatasi hal ini maka buah harus dilumat sampai halus, kemudian minyak dan seratnya dicampur kembali. Dengan proses seperti ini terbukti bahwa kadar asam lemak yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan jika buah tidak dilumat sampai halus (hanya dimemarkan/dilukai).

Pengaturan kecepatan pengadukan pada reaksi ini perlu dilakukan, karena pada proses ini pengadukan berpengaruh kepada waktu kontak antara air, substrat dan enzim. Disamping itu, karena yang diaduk adalah campuran serat dan minyak, maka pemilihan rancangan pengaduk sangat perlu untuk diperhatikan.

4.    Pengaruh Kematangan Buah
Buah yang terdapat pada satu tandan buah kelapa sawit tidak akan matang secara serempak. Buah yang berada pada lapisan luar biasanya lebih matang jika dibandingkan dengan buah yang berada pada bagian yang lebih dalam. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan persentase minyak yang terdapat pada setiap buah yang berada dalam satu tandan.

Pada buah kelapa sawit, semakin matang buah maka kadar minyaknya akan semakin tinggi. Dengan semakin tingginya kadar minyak pada buah maka proses hidrolisa secara enzimatis akan semakin cepat terjadi, sehingga perolehan asam lemak akan lebih tinggi.

5.    Pengaruh Lama Penyimpanan
Secara alami asam lemak bebas akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu, baik karena aktifitas mikroba maupun karena hidrolisa dengan bantuan katalis enzim lipase. Namun demikian asam lemak bebas yang terbentuk dianggap sebagai hasil hidrolisa dengan menggunakan enzim lipase yang terdapat pada buah sawit.

6.    Pengaruh Penambahan CPO
Pada proses ini, kecepatan reaksi lebih rendah jika penambahan kadar CPO terhadap campuran antara serat dan minyak semakin meningkat. Hal ini dapat terjadi karena enzim lipase yang berada pada buah sudah jenuh atau jumlahnya terbatas, sementara jumlah substrat sudah sangat berlebih.  Kecepatan reaksi bergantung kepada konsentrasi enzim lipase, bukan pada konsentrasi substrat.

Sifat-sifat enzim lipase adalah sebagai berikut :
·         Temperatur optimum : 35°C, pada suhu 50°C enzim sebagian besar sudah rusak.
·         PH optimum : 4,7 – 5,0
·         Berat molekul : 45000-50000
·         Dapat bekerja secara aerob maupun anaerob
·         ko-faktor : Ca++, Sr++, Mg++. Dari ketiga ko-faktor ini yang paling efektif adalah Ca++
·         Inhibitor : Zn2+, Cu2+, Hg2+, iodine, versene


Sumber : “Water Treatment” 27 Pebruari 2014

Kamis, 27 Februari 2014

Sortasi Panen TBS

Sortasi  panen yang dilakukan di Loading Ramp dilakukan oleh petugas laboratorium atau quality control (QC) untuk mengetahui banyaknya TBS yang diterima, berat TBS, dan kualitas TBS yang akan diolah. Kualitas TBS yang akan diolah sesuai dengan kriteria yang ditentukan dan dapat dinilai dengan nilai sortasi panen.
Gambar 1. TBS yang dikumpulkan di TPH

Gambar 2. TBS dibongkar di Loading Ramp

Buah yang masuk ke pabrik memiliki beberapa kriteria, diantaranya :
Fraksi
Jumlah Brondolan
Nilai
00
Tidak ada
-5
0
1 s.d 2 butir/kg tandan
-1
1
> 2 butir/kg tandan s.d 25 % buah lapisan luar
1
2
25 – 50 % buah lapisan luar
2
3
50 – 75 % buah lapisan luar
3
4
75 – 100 % buah lapisan luar
1/3
5
100 % buah lapisan luar dan dalam ikut rontok
-1/3

Kriteria TBS yang tidak diterima di pabrik :

  1. Fraksi 00
  2. Berat TBS < 7 kg
  3. Tankos
  4.  Buah busuk
  5. Buah dura
Hubungan antara Fraksi, ALB, dan Rendemen Minyak :
Fraksi
ALB (%)
Rendemen Minyak (%)
00
-
13
0
1,57
19
1
1,87
23,4
2
2,30
25,1
3
2,71
25,2
4
3,29
25,2
5
4,41
23,9